Mendengar
Tuhan maha baik, memberikan manusia sepasang daun telinga untuk mendengar sesuatu yang indah. Sebuah syair, puisi, nyanyian, juga senandung yang disuarakan dengan hebat. Aku pernah berfikir, kenapa bukan hal-hal baik dan indah saja yang bisa didengar?
Kenapa harus ada hal-hal yang tidak baik yang disa didengar juga?
Kalau kata mas Adjie Santosoputro, yang menurut kita baik sebenarnya bisa jadi itu tidak baik, kita tidak pernah tahu yang mana berkah yang mana musibah, kita tidak pernah tahu apa yang kita dengar yang menurut kita baik mungkin itu terselip hal baik di belakangnya.
Sebagai makhluk yang egois, manusia hanya ingin mendengar yang ingin mereka dengar dan menolak untuk yang tidak ingin didengar. Bentuk penolakan bisa dengan istilah "masuk telinga kiri keluar telinga kanan".
Ada sebuah penutup telinga dengan tali panjang yang bisa mengartikan dua situasi. Pertama, dari sisi luar diri mereka akan menganggap si manusia ini tidak mau peduli dengan sekeliling, tidak mau mendengar suara-suara dari sekitar. Ya, sebuah penolakan.
Kedua, dari dalam diri mereka sedang melakukan usaha untuk mendengar sesuatu yang indah, mendengarkan lagu cinta misalnya. Tidak ada sama sekali sebuah penolakan, melainkan adanya sebuah keinginan untuk mengasihi diri sendiri.
Kalau dirasa dua telinga itu cukup igin ditutup saja dengan tali panjang tersebut, muncul sebuah pertanyaan. Apa mereka mau berbagi ke dua telinga lain yang masih kosong tanpa penutup?
Aku pernah menerima tali sebelah penutup telinga tersebut. Beberapa kali. Talinya aku perhatikan baik-baik, tampak kusut, perlahan aku luruskan agar nyaman untuk kugenggam. Sesekali juga aku diperlihatkan pada sebuah layar yang memutar lagu. Kadang sesekali kubalas dengan sandaran disebuah bahu.
Berbagi hal indah untuk didengar begitu menyenangkan.
Comments
Post a Comment