Kepada Inas
Momen ulang tahun yang seharusnya sebuah perayaan sekarang sekarang mulai beralih, diingatkan kalau jatah usia sebenarnya berkurang.
Yang lebih tidak ingin diingat adalah ketika ibu berulang tahun, bahagia karena diberi kesehatan dan masih berkumpul
Tapi kalau ingat uur ibu yang semakin tua, rasanya lebih baik tidak usah dirayakan.
Tahun ini ulangtahunku masih dalam pandemi, beberapa teman mengucapkan selamat ulang tahun, beberapa teman lupa, beberapa malah tidak tahu.
Hal semacam itu biasa, bukan hal baru.
Kamu sadar tidak? Beberapa orang mengingat tanggal ulamg tahun karena 'alasan' tertentu, tidak perlu disebutkan.
Karena jawabannya lebih baik tidak diungkapkan, disimpan saja. Bukankah yang menurut kita kita baik baik saja kadang bisa menyakiti?
Keadaan genting saat ini membuat aku merasa diberi kesehatan yang cukup adalah hal paling utama disyukuri, sampai sampai lupa untuk berterima kasih pada diri sendiri karena sudah bertahan. Dalam apapun.
Aku lupa bahwa diri sendiri juga harus disayang, sebelum sayang kepada orang lain.
Untuk kaki yang sudah sejauh ini, untuk badan yang ketika pago enggan untuk bangun, untuk tangan yang menggenggam gas, jari yang lelah dengam keyboard, mata lelah dengan layar, apalagi kepala. Banyak sekali isinya, dari yang kecil sampai yang menjadi beban.
Ada hal kecil yang memgganggu kepalamu, mengaduk perutmu, menyipitkan matamu, memgerucutkan bibirmu, sampai memgganggu fikiranmu.
Yang sebenarnya bukan berarti apa apa bagi yang bersangkutan.
Bawaan leo katanya ingin jadi pusat perhatian, perhatian saat ini mungkin sederhana, tahu sendiri keinginam hanya sebuah keinginan, tidak semua sesuai fikiranmu.
Yang ada malah kecewa.
Banyak teori tentang jangan menggantungkan kebahagiaam kepada orang lain, tapi bukankah selalu ada opsi untuk mencapai bahagia?
Yang aku anggap lurus saja pun ternyata sempat belok, naik, turun sampai ke akhir.
Hanya saja aku belum sampai pada ilmu yang paling susah, mengikhlaskan.
Seperti mengikhlaskan bahwa hari yang seharusnya menjadi bahagiamu ternyata bukan. Kembali lagi ke depan.
Aku termasuk orang yang mudah terganggu, mudah tidak nyaman, ya tipe yang "ga seteong" kalau jaman sekarang bahasanya.
Memori di kepala seperti merekam momen berlebihan dengan asupan asumsi yang menenangkan.
Namun belum siap jika tidak sesuai.
Aku itu.
Kalai diingat ingat sama dengan tahun kemarin, imajinasi sudah berlari dengan bekal amunisi untuk sampai ke tujuan.
Aku lupa bahwa mengejar itu ada dua pilihan.
Mau dikejar dan tidak mau dikejar, cukup disusul saja.
Seperti halnya mempertahankan, mau dipertahankan atau tidak mai dipertahankan, cukup diketahui dan dimengerti saja.
Namanya juga hidup, jadi teringat beberspa waktu lalu ketika akan pergi, yang dianggap cukup lama saja masih punya pilihan. Menahan atau membiarkan, padahal ada perasaan ingin di rangkul, tapi kan hidup harus maju, mau menunggu sampai dirangkul?
Ternyata aku cukup disusul saja, dengan membalikkan pertanyaan : untuk apa memginginkan kalau yang diinginkan sudah tidak ingin?
Di kepala bilang apa, di hati bilang apa, yang keluar dari mulut bilang apa.
Sudahlah, nanti cape sendiri sayang dong sama diri sendiri.
Mudah mudahan ada ganti di hari lain bertemu dengan harinya aku, bukan cuma di 27 Juli.
Banyak doa yang sama, tapi entah kenapa sukanya selalu dalam bentuk tulisan ketika diberikan doa ulang tahun.
Happy birthday, Inas.
Comments
Post a Comment