Sudut lain selain bandara, stasiun dan terminal

Bandara yang konon katanya tempat untuk melepas rindu dengan sebuah pertemuan, atau bahkan tempat untuk siap akan menelan rindu dengan sebuah perpisahan itu sampai 1/4 abad ini belum juga kesampean dikunjungi, tapi ini bukan tentang betapa sedihnya aku belum ke bandara :''
You know, untuk menjemput seseorang yang sangat ditunggu begitu mengasyikkan, tentu saja bukan asyik karna menikmati hiruk pikuk dan macetnya jalanan tapi karna akan berjumpa dengan yang disayang. Wah membayangkannya juga udah bikin senyum-senyum sendiri.
Membayangkan bandara, selalu refleks inget ceritanya dengan Rangga & Cinta di film AADC. Bandara banget, gitu!

Selain bandara ada terminal, jujur aja aku sangat jarang ke terminal. Disana juga saksi bisu sebuah pertemuan atau perpisahan, yang pulang kampung, yang mudik, atau traveling bahkan naik gunung. Terakhir aku ke terminal juga udah lupa, seingetku terakhir pas menuju pulang ke Bandung dari Wonosobo. Terminal Mendolo kalo ga salah namanya. Kala itu pulang dari acara Dieng Culture Festival tahun 2015, tahun 2018 ini baru aja selesai minggu kemarin. Sebenernya ada rencana kesana, tapi yaudah. Ada hikmah lain dengan batalnya acara kesana.

Satu lagi tempat untuk bertemu dan berpisah, tempat untuk pergi dan kembali, tempat untuk berangkat dan pulang, tempat untuk mendekat dengan rumah, tempat untuk menjauh dari rumah, tempat untuk mengantar, tempat untuk menjemput, sumber kebahagiaan juga sumber kesedihan.

Stasiun.
Aku seneng ke stasiun, alasannya? ya seneng aja!
Pertama kali ke stasiun pas ada kereta jurusan baru Cirebon - Bandung, kala itu gatau segimana bahagianya ketika tau akan meninggalkan perjalanan Cirebon-Bandung melewati Sumedang lagi. hahaha
Bukan karna ga suka Sumedang, tetep suka Tahu Sumedang H. Ateng atau Alam Sari kok, hehe
Di stasiun, aku pernah menunggu 5 jam, dengan suasana hati yang embuh kereta datang juga, Membawa pergi semua tumpukan kesedihan dan mengantarku ke yang namanya rumah. Tempat dimana aku pulang, disana ada seorang perempuan yang kupanggil Ibu dan Adik.

Sebagai 'toler' , itu istilah yang aku pakai buat diri sendiri yang artinya pengukur jalan tol sepanjang harinya, pasti ga asing sama yang namanya rest area
Untuk pengguna setia tol cipularang arah Bandung-Jakarta ada tempat istirahat di Km 125. Masih kalah jauh sih dibanding tempat istirahat Km 97 yang udah ada Starbucks!. 
Tapi wong aku ngekosnya belakang rest area 125, ya lebih cinta sama 125 :))

Nah untuk warga Cimahi, Padalarang dan sekitarnya yang akan ke arah Jakarta. Ga usah repot-repot untuk datang ke terminal Leuwipanjang. Sama macetnya juga udah abis berapa jam, di 125 ini ada check point bus Primajasa, jadi bisa naik disini yang di tepi nya udah disediain jalan kecil untuk akses masuk rest area. Jalan kecil yang cuma bisa dilewatin pejalan kaki. 

Waktu baru tau hal itu, merasa gagal sebagai mantan anak kos Cimareme (sekitar tol km 122) yang kalau mau ke Purwakarta selalu ke Leuwipanjang atau mentok-mentok naik di pintu tol pasir koja. Kenapa ga tau dari dulu ada beginian? ya, hidup memang tak selancar itu (apa hubungannya?)

Disini tempat untuk melangkahkan kaki utuk mencari rezeki, menjalankan kewajiban dengan jarak tempuh sekitar 80 Km selama kurang  lebih 1,5 jam perjalanan.
Juga tempat untuk mengantar seseorang, yang akan pergi dan pulang, menjauh dari tempat aku tinggal. 

Setiap harinya, ketika melewati pintu kecil di tepi jalan tadi, seringkali aku melihat sebuah perpisahan daripada pertemuan. Apalagi ketika minggu sore atau senin pagi.
Ada bapak-bapak dengan kumis tebal yang menepuk-nepuk bahu anak gadisnya, lalu anak gadisnya mencium tangan bapaknya dan ditutup dengan kalimat "Hati-hati, ya"
Ada seorang ibu yang ikut masuk mengantar anaknya sampai naik bus, setia mendampingi di kursi tunggu besi yang pinggirnya sudah mulai mengelupas cat nya. Tidak ada obrolan, tidak ada pembicaraan. Hening. Suara klakson dan suara mobil-mobil besar yang melintas cepat di jalan tol, juga suara peluit bapak tukang parkir yang mengatur mobil-mobil yang masuk ke 125 entah untuk beristirahat, makan, sholat atau hanya sekedar mampir membeli kopi di Alfa Midi.
Sang anak pun akhirnya berdiri, begitu juga ibunya. Salim, dan melangkah naik ke bus berwarna putih dengan polet merah.
Ada persaan sedih di muka si Ibu, aku bisa ngeliat. Melambaikan tangan sambil berucap "Hati-hati" dan kembali melewati pintu kecil meninggalkan 125.

Katanya, perpisahan adalah ucapan menyambut hari-hari penuh rindu. Di tempat ini lebih banyak perpisahan, dan kesedihan dibanding kebahagiaan akan pertemuan. 


ps.
Pukul 06.15 senin-jumat aku ada disini, pick me up if you want :)) siapa juga yang mau



Comments

Popular Posts