How to say Goodbye, 2018

Di penghujung 2018 kemarin aku membuka mata masih dalam sebuah kamar kos, ada yang masih menyesakkan dada, dan beberapa dorongan yang memaksa untuk membuka mataku pagi itu. Lalu duduk, mengheningkan kepala sebentar untuk mengingat sumber sesak dadaku pagi itu.
Ada yang bertanya,
'Besok tahun baru, masa iya masih bangun tidur dengan suasana hati yang sama?'
'Ngga sayang sama hati?'

Lalu aku membuat janji untuk diri sendiri, mulai besok harus bahagia.
Hari itu aku bekerja dengan semangat, sesekali masih diam. Tapi cepat - cepat kualihkan dengan yang lain, yaa rekan kantorku banyak yang menyebalkan. Sedikit membantu pencapaian di 31 Desemberku.

Semalam, aku ingat apa yang dilakukan di malam - malam tahun baru sebelumnya. Tentang 3 orang yang berkunjung, jalan, mobil, lampu, dan suara kendaraan yang terekam oleh kamera video di ponselku.
Ada sebuah protes, ada pertanyaan kenapa? katanya? tapi semua cakap berakhir dengan senyum sumringah. Masih jelas terekam di memoriku.

Tapi come on,
kalau kemarin aku masih ingin seperti itu saja, tidak untuk hari ini. Iya, katamu kita harus bangkit. Meskipun 'kita' yang kau maksud ditujukan untuk makna apa dan untuk siapa.
Hidup bukan melulu tentang satu hal, banyak ocehan yang tak hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, sebelum keluar lewat telinga kiri semuanya sempat aku rekam dulu lalu aku sambung - sambungkan menjadi sebuah kesimpulan yang membuat aku sadar apa yang membuatmu bicara 'kita harus bangkit'.

Aku masih perlu belajar lebih jauh untuk menelaah kata - kata yang spontan, masih perlu belajar tentang gerak - gerik yang tak biasa, dan untuk memahami janji yang tiba - tiba sering teringkari.
Ada sebuah nama, namanya 'alasan'.
Yang tak akan mucul jika tak ada sebuah nama lagi yaitu 'sebab', dan aku masih saja menyalahkan diri sendiri dan menempatkanku di posisi 'sebab'.
Padahal hakikatnya semua manusia bisa berubah, times goes by but memories stay. 

Ingin mengubur memori? Tidak.
Aku sayang dengan semuanya, mereka temanku. Mereka sahabat - sahabatku yang membuat aku tumbuh, aku pernah bahagia karenanya juga menangis karenanya.
Jika seseorang bertanya tentang sebuah penyesalan, aku akan menjawab tak ada penyesalan. Tuhan telah mengatur dan merencanakan, begitu juga beberapa yang datang, yang pergi, yang tinggal, yang menjauh, aku percaya semua ada skenario bahwa semua terjadi karna aku mampu menjalani.

Terima kasih untuk semua yang telah memberiku cerita dan pelajaran di tahun 2018.
Untuk pamit dari semuanya masih ada segan, namun pagi tadi ketika membuka mata sesak di dadaku berkurang.
Aku tak bermaksud melupakan, hanya mengikuti waktu yang tanpa terasa sudah tiba di tanggal 1 Januari 2019.

Idk how to say, but Goodbye 2018. You give me a lot of happiness and sadness.
Give me more happiness in 2019 :)

Comments

Popular Posts