Lelah ngajarin Ibu?

Istilah madrasah pertama buat seorang anak adalah Ibu itu bener banget, pendidikan pertama yang kita dapat datang dari kasih seorang Ibu.

Aku percaya pasti banyak yang mengalami hal sama seperti aku, sering bosan, kesal, bete dan males ngeladenin pertanyaan - pertanyaan soal cara menggunakan whatsapp itu gimana, cara kirim video gimana, cara download video dari youtube itu gimana, cara copy paste dan banyak lagi. 

Suatu hari pernah adik bercerita kalau ibu marah, pulsa yang sudah beliau isi tiba - tiba habis karena kuota internet habis dan otomatis memotong pulsa reguler. Aku merasa bersalah, belum mengajari ke tahap beli kuota di My Telkomsel. 
Adik juga bilang ibu buka youtube mulu, jadi kuota cepat habis, pas kutanya ibu buka apa di youtube?
Mamah dedeh.

Itu untuk fitur di handphone, aku sering bilang Ibu harus bisa pakai laptop, cara mengajar jaman sekarang harus lebih modern Bu, Ibu bisa pakai power point buat ngajar, jadi ga cape buat nulis di papan tulis lagi. Apalagi Ibu wali kelas 6, setidaknya murid - muridnya sudah bisa diatur. 
Juga harus bisa ngolah data sendiri, untuk sekarang di kebanyakan Sekolah Dasar di kampungku ada yang namanya operator, untuk aku yang pernah bekerja di pabrik pikiranku mengarah ke operator produksi, packing dll dong :D
Ternyata operator disini adalah guru honorer yang dipekerjakan/diperbantukan untuk mengolah data semua kelas dan kebutuhan sekolah. Admin komputerisasi lah ya gampangnya. 
Untuk ber email, membuat surat, merekap data, dll. Kadang juga diperbantukan untuk mengisi kelas ketika ada guru yang berhalangan hadir.

Akhirnya Ibuku tertarik dan mau belajar komputer, tiap aku pulang ke rumah ada satu momen (biasanya malam hari) sekitar 1-2 jam buat ibu belajar pakai leptop. Dari yang sederhana mengetik menggunakan ms. word dan excel untuk mengolah data ujian murid.
Tapi ya memang, mengajari orang dewasa akan lebih sulit dan melelahkan, kadang yang sudah aku ajari di 2 minggu yang lalu ibu sudah lupa lagi.
Kalau nada menjelaskanku didengar mulai lelah olehnya, beliau akan bilang "belajar sama Inas juga kan sebentar - sebentar, suka kepotong, sehari - harinya juga ga pernah dipakai. Kan ibu lupa."

Kalau dipikir - pikir, kesalku yang ga seberapa ini perbandingannya jauh. Ibuku sudah berpuluh - puluh tahun ga cuma mengajari anaknya, tapi juga ratusan anak didiknya. Seorang guru kelas mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Matematika, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, IPA dan IPS. Yang spesifik hanyalah untuk guru Olah Raga, Agama, Kesenian, dan Bahasa Inggris.
Satu berbanding berapa dong, kalau cuma ngajarin smartphone dan komputer doang?

Tapi percayalah, jangan merasa lelah mengajarkan ibumu sesuatu. Dulu pun ibu ga pernah lelah untuk mengajari anaknya berbicara, berjalan, makan, membaca, menulis, mengaji, sampai jutaan ilmu yang tak terhitung lagi. Tentang pelajaran - pelajaran hidup yang tak terdefinisikan. Begitu juga mengatur keuangan, sejak SMP aku sudah diberi uang jajan bulanan. Padahal aku masih tinggal di rumah. Entah apa tujuannya, aku diberi 300.000/bulan. Waktu itu tahun 20005-2008.
Mungkin itu salah satu beliau melatihku karena setelah lulus SMP aku disuruh belajar diluar kota dan jadi anak kos.
Kalau ditanya tentang ilmu sabar dan ikhlas, tanpa berpikir aku akan menjawab Ibu adalah orang tersabar dan teriklhas yang pernah aku temui sepanjang hidupku.



Comments

Popular Posts