Menyusahkan orang, apa enaknya?

Beberapa malam tak bisa aku temui ujungnya, mata terlalu lelah untuk terpejam. Namun kaget ketika membuka mata telah menjelang subuh lalu aktifitas berjalan seperti biasa. Weekday for work, as usual.
Seorang teman pernah bilang padaku, 

"Kerja itu cuma nyari kesibukan dari abis absen buat nunggu istirahat. Abis istirahat ya cuma ngisi waktu aja buat nunggu jam pulang".

Simpel ya.

Dengan tujuan akhir pulang.

Definisi pulang ternyata terlalu luas, setelah bertemu dengan banyak sekali orang, aku bisa membagi ke beberapa cerita.
Ada yang namanya rumah. Tempat semua keluh kesah dilepaskan, bete di kantor, cape di kantor, ketemu sama yang julid, yang suka ngomongin di belakang, marah, kesel, kecewa.
Itu semua macam-macam bikin penyakit hati kan?
Kata mereka, semua penyakit hati itu seketika hilang ketika sampai di rumah disambut pelukan oleh kiddos. Dan dibalas dengan ciuman seorang ibu pada anak-anaknya. Aku pernah melihat bagaimana anak perempuan berusia 6 tahun dan anak laki-laki 4 tahun memetikkan bunga untuk ibunya yang baru pulang kerja. 

Air muka ibunya berubah menjadi haru. Ya, itu salah satu definisi pulang ke rumah yang manis menurutku.

Akhir-akhir ini aku mengalami keadaan yang mungkin kurang sopan, menahan seseorang untuk pulang ke yang dianggap rumah.
Kalau seorang bos menahan anak buah buat ngelanjutin kerjaan, lembur, pulang telat. Itu sih biasa, karna memang ada alasan jelas.

Aku?
Ngga punya alasan buat nahan untuk jangan pulang dulu. Just stay. Begitu.
Kalau ditanya "mau ngapain? kenapa?"
Aku juga pasti menggelengkan kepala, paling yang keluar ujung-ujungnya cuma "ga ngapa-ngapain ko".

Besoknya aku membaca sebuah tulisan, kira-kira intinya begini 

"Menyusahkan orang, apa enaknya?"

Aku masih berteman sama ego rupanya ya, yang seenaknya mengungkap keinginan ke yang bersangkutan tanpa tau apa yang dirasa oleh yang bersangkutan tersebut.
Mungkin capek
Ingin tidur
Mau mandi
Ngantuk
Lapar

Aku menyusahkan