Tiga Anak Besar dengan Karangan Bunga

Aku masih ingat dengan sebuah puisi karya Taufiq Ismail berjudul 'Karangan Bunga', aku mulai tau dan akhirnya hafal ketika duduk di bangku SMP. Puisi itu singkat, jadi mudah untuk diingat. Bercerita tentang peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 yang menentang orde lama. Seorang demonstran dari Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim tertembak mati. Singkatnya cuma itu yang aku tau, hehe.


Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi"




Aku sendiri punya cerita tentang tiga anak besar dengan langkah malu-malu, sama-sama membawa karangan bunga dengan pita hitam, namun bukan untuk datang ke Salemba.
You can say, place in a galaxy far, far away. Satu anak besar membawa botol minum berwarna hijau, yang satu membawa gitar dan satu lagi membawa sebuah album foto.
Ketiganya membawa barang tersebut dipunggung, Di tangan mereka tetap menggenggam sebuah karangan bunga berpita hitam.

Bertemulah mereka di sebuah rumah kecil, berlantai hitam dengan tembok bata merah dan daun pintu yang terbuka. Ada seorang nenek berambut hitam pekat dengan sedikit uban putih di atas dahi sedang duduk di bangku kecil membawa setangkai mawar kuning yang dapatkan dari tamu sebelumya.
Seorang anak besar yang membawa botol hijau melangkahkan kaki pertama masuk,


"Nek, ini aku titip karangan bunga dan botol minum, kemarin adik minta air putih tapi aku tidak membelikannya. Tak ada penjual minum yang aku temui, jadi aku beli kue kesukaannya saja."


Lalu anak besar kedua yang membawa album foto pun masuk


"Nek, ini aku titip karangan bunga dan album foto, kemarin adik minta cetak foto tapi aku tidak mencetaknya. Tak ada tukang cetak foto yang aku temui, jadi aku kirim ke ponselnya saja."


Anak besar terakhir yang membawa gitar pun masuk


"Nek, ini aku titip karangan bunga dan gitar, kemarin adik minta antar beli dan diajarin main gitar tapi aku tidak mengantarnya membeli dan tidak mengajarinya main gitar. Tak ada penjual gitar yang aku temui juga tak sempat aku untuk megajarinya memetik senar, jadi aku menyanyikan lagu untuk dia saja."


Setelah mencium tangan nenek, mereka kembali ke tujuannya masing-masing yang berbeda. Sebuah penghormatan terakhir berpamit kepada nenek. Sementara adik kecil yang sedang sedih tertidur mendengarkan semua dibalik selimut abu-abunya.









Comments

Popular Posts