Tentang keinginan, kemauan dan prioritas

Aku diingatkan kembali untuk membedakan makna hal-hal yang telah terjadi menjadi lebih terperinci. Bukan berarti tidak percaya bahwa hal yang seharusnya terjadi memang harus terjadi, mungkin lebih diresapi saja.

Suatu keinginan akan terjadi jika diiringi dengan kemauan dan niat, ingin akan selalu jadi ingin, mau akan selalu jadi mau. Keinginan, kemauan dan niat didalam hati pasti banyak sekali antriannya, tinggal dipilah-pilah sesuai tingkat prioritasnya. Ketika bukan menjadi prioritas, keinginan hanya sebuah keinginan yang tidak akan terealisasi. Cukup sampai di tahap ingin dan mau saja. 

Saat aku mau, aku ingin bertemu dan beriteraksi dengan seseorang tanpa disadari orang tersebut akan menjadi prioritas pada saat itu. Begitu juga dengan sebaliknya saat aku tidak mau, tidak ingin, suka tidak suka mesti bertemu dengan seseorang tersebut. Bukan berarti membenci atau tidak ingat dengan apa yang sebelumnya terjadi juga bukan sedang berusaha untuk melupakannya, setauku sengaja melupakan itu tidak akan pernah bisa dilakukan, malah berujung semakin ingat.

Kembali lagi dengan prioritas, aku bertemu dengan seseorang yang mengatakan dia mau dan inginkan lakukan sesuatu bersamaku. Tanpa sadar pikiranku begitu cepat mencerna jawaban-jawaban telah diucapkan dan bahasa tubuhnya. Sebagai pola yang semestinya aku tanggapi dengan reaksi apa? dengan reaksi bagaimana?.

Saat itu aku melayang dan masuk kedalam asumsi akhir bahwa semua yang dikatakan tidak akan sejalan karena aku bukanlah prioritas. Aku hanya sebuah keinginan dan kemauan

Aku tidak tahu ini benar salahnya dimana, seperti manusia pada umumnya yang suka sekali menduga dan berujung menyakiti diri sendiri.

Sesungguhnya aku masih kesulitan dalam mendefinisikan apa itu ketiganya, tentang kebahagiaan yang mengikutinya, tentang kesalahan yang menyertainya dan tentang reaksi yang terjadi oleh karenanya, baik dopamin, serotonin, maupun endorphin yang mengiringinya. 





Comments

Popular Posts