Day 1 - Describe my personality
Sebenernya udah sering banget tiap tahun nemu 30 days writing challenge, but I did it on my book karena menurutku lebih nyaman aja buat privasi. Hihi. Tema tahun ini beda dengan yang sebelum-sebelumnya, aku nyoba nulis disini semoga istiqomah sampai tulisan hari ke 30. Aamin.
I need to describe I am.
Dia tidak pernah menyesal lahir dari seorang ibu yang hebat, ibu yang tabah dan penyayang. Ibunya mengantarkan ia lahir ke dunia dengan luar biasa, meskipun ketika tangisan pertamanya pecah dan adzan yang dikumandangkan di telinganya bukan datang dari seorang ayah yang mendambakan putri pertamanya ia tetap hidup dengan bahagia. Ayahnya sudah menunggunya di surga sejak masih berbentuk janin, sejak umur 16 minggu didalam perut ibunya.
Hidup dengan ibu yang sekaligus ayah sebagai support system terbaik membentuknya sebagai pribadi yang sedikit lembut, dia tidak senang dan tidak nyaman dengan nada bicara yang tinggi, dengan sebuah bentakan, dengan emosi yang tidak terkontrol. Pernah suatu ketika ia berada di rumah teman dan ayah temannya marah, ia menangis. Padahal temannya masih santai saja. Beberapa orang menyebutnya 'cengeng'. Jika diingat-ingat, sampai usia diatas seperempat abad ibunya tidak pernah marah kepadanya. Mungkin itu menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Dia periang, dia bisa membuat orang di sekitarnya senang dengan kehadirannya, beberapa orang mengatakan nyaman berada didekatnya. Dia menjadi pendengar yang baik, dia akan senang ketika orang bercerita kepadanya karena merasa dianggap keberadaannya.
Dia suka warna kuning, dia mempunyai sneakers kuning kesayangan sampai jarang dipakai karena takut kotor. Dia terobsesi mempunyai brio kuning. Kalaupun bukan brio kuning dia berharap punya vespa kuning, tolong diamin-kan :)
Dia mempunyai ingatan yang baik, pengingat yang baik dalam beberapa hal. Dia akan mengingat momen apa saja yang terekam di kepalanya, dia akan mengingat kata-kata yang menyenangkan dan menyakitkan yang telah dikatakan kepadanya.
Tapi dia buruk dalam mengingat jalan, buruk dalam membaca maps. Seringkali membuat orang kesal dan putar balik atas intruksi yang ia berikan ketika ia dipercaya untuk melihat maps. Menghafal arah mata angin saja dia masih bingung. Mohon dimaafkan karena ia berjanji suatu saat akan berhasil dengan perkara maps dan mata angin ini.
Dia lebih mementingkan perasaan orang lain, lebih mengutamakan kebahagiaan orang lain sampai lupa bahwa dirinya juga pantas untuk diperhatikan lebih, pantas untuk bahagia. Dia akan lebih dahulu meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dia merasa tidak enak hati ketika mengecewakan orang, dan dia akan memikirkan hal-hal yang menurutnya tidak benar padahal yang bersangkutan tidak peduli dengannya.
Dia tidak suka menyalakan klakson motor ketika di jalan dengan asumsi sederhananya :
" Diklakson sama orang itu rasanya ngga enak, ngeselin. Makanya aku gamau bikin orang kesel karena aku. "
Dia senang menikmati perjalanan panjang menuju suatu tempat, dia senang bepergian dengan sepatu bertali, dia senang memakai tote bag, dia senang memakan terong balado, dia senang dipeluk, dia senang doing nothing menghabiskan waktu dengan yang disayang.
Dia merasa sedih ketika lawan bicara tidak menatapnya, dia akan sedih ketika seseorang tidak mau ditatapnya, dia akan sedih ketika ada bahasa tubuh mencermikan penolakan, dia akan sedih dan menangis ketika ditanya tentang ayah. Kenapa? karena dia tidak pernah mencium tangan ayahnya ketika akan berangkat sekolah, ketika pulang sekolah. She has nothing about him on her memories. she never hugged by him, she never crying on him. Hanya mendengar ceritanya saja.
Dia masih belajar dalam perihal memaafkan, dia sedang berusaha berjuang untuk tidak menjadi apa-apa, belajar untuk tidak mencari jawaban tentang "mengapa ini semua terjadi kepadanya?".
Dia sedang belajar tentang sebuah kelapangan hati, tentang sebuah kesadaran, tentang sebuah penerimaan, dan akan terus belajar apa itu memperbaiki.
Dia itu aku 💛
Comments
Post a Comment